Translate

Rabu, 02 Juli 2014

Potensi Cadangan Devisa Di Perhelatan Piala Dunia

Perhelatan piala dunia 2014 di Brazil telah memasuki fase perdelapan final. Walaupun banyak diwarnai kejutan dengan pulangnya tim yang di favoritkan seperti Spanyol, Italia, Inggris, Portugal, Ataupun Kroasia tetapi tidak mengurangi antusias seluruh pencinta sepakbola untuk tetap mengikuti perhelatan piala dunia hingga saat ini.
Perhelatan piala dunia di Brazil ini sebelumnya menuai beberapa protes dari masyarakat Brazil sendiri, Masyarkat Menilai masih banyak isu penting yang harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum diadakannya perhelatan piala dunia ini, seperti masalah pendidikan dan kemiskinan namun pemerintah Brazil mengklaim dengan diadakannya perhelatan piala dunia ini akan membuka 500 lowongan kerja baru dengan total kebutuhan pekerja hingga 800 ribu orang. Selain itu dengan banyak jumlah turis yang berdatangan di Brazil akan membawa kepada kenyataan akan bertambahnya cadangan devisa negara tersebut.
Apa itu cadangan devisa?
Buat yang belum tau, cadangan devisa diartikan simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan otoritas moneter. Simpanan ini merupakan asset bank sentral yang tersimpan dalam beberapa mata uang cadangan (reserve currency) seperti dolar, euro, atau yen. Secara sederhana cadangan devisa diartikan cadangan mata uang asing yang disimpan oleh otoritas moneter (di Indonesia oleh Bank Indonesia) untuk kepentingan transaksi international dimasa sekarang dan mendatang.
Kisah Sukses Negara Penyelengara Piala Dunia sebelumnya
Potensi datangnya cadangan devisa dari perhelatan piala dunia sudah dirasakan oleh negara penyelengara piala dunia 12 tahun ke belakang yaitu Afrika Selatan (2010), Jerman (2006), Serta Jepang dan Korea Selatan (2002) setidak jika melihat data yang dikeluarkan oleh Bank Dunia.

Jika melihat data perbandingan disamping maka dapat disimpulkan keempat negara yang telah menyelelengarakan piala dunia mengalami peningkatan jumlah cadangan devisa baik itu sebelum piala dunia, ketika piala dunia, dan bahkan setelah piala dunia. Kita ambil contoh korea selatan misalnya negara semifinalis piala dunia 2002 ini mempunyai cadangan devisa sebesar 102,875,399,999 U$ Dollar pada tahun 2001, setahun berikutnya cadanga devisa Korea Selatan meningkat hingga 121,497,595,006 U$ Dollar. Kisah lainnya yaitu Afrika Selatan negara afrika pertama penyelenggara piala dunia ini kisahnya tidak berbeda jauh dengan korea selata, ada peningkatan sebesar 9,145,624,090 U$ Dollar dari tahun sebelum ke tahun setelah piala dunia.

Potensi Itu Ada
Data cadangan devisa diatas memang tidak menggambarkan angka langsung yang didapat dari turis yang menukarkan uang untuk kepentingan piala dunia tetapi yang perlu digarisbawahi kita bisa melihat adanya peningkatan cadangan devisa. Hal ini sejalan juga data Bank Dunia lainnya yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah wisatawan yang masuk ke 4 negara penyelengara piala dunia diatas. 
Dengan fakta akan banyaknya keuntungan yang didapat dari penyelengara piala dunia sponsor,hak siar,kerjasama bisnis, dan juga cadangan devisa maka tidak heran banyak negara yang tertarik untuk menjadi tuan rumah piala dunia tidak terkecuali Indonesia. Dengan harapan sepakbola kita akan lebih baik dan juga cadangan devisa yang akan meningkat, tidak ada salahnya kita berkerja keras untuk mewujudkan mimpi Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia, karena potensi itu ada. Akhir kata penulisa mengucapkan selamat menyaksikan piala dunia 2014 semoga tim terbaik yang akan keluar sebagai juara.

Referensi:
1. http://www.breakingtravelnews.com/news/article/fifa-world-cup-2014-spike-in-brazil-employment/
2.http://id.wikipedia.org/wiki/Cadangan_devisa
3.http://www.economywatch.com/features/economic-impact-brazil-world-cup.16-06.html

Data:
1. http://data.worldbank.org/indicator/FI.RES.TOTL.CD?page=1
2. http://data.worldbank.org/indicator/ST.INT.ARVL

Gambar:
1. http://ilyasasharisugito.deviantart.com/art/indonesia-world-cup-2022-haha-167256958

Jumat, 13 Juni 2014

Teori Ekonomi Menjelaskan Kenapa Inflasi Terjadi Menjelang Bulan Ramadhan

Kurang dari 3 minggu lagi masyarkat muslim Indonesia akan melaksanakan puasa di bulan ramadhan. Bersamaan dengan itu masyarkat dipusingkan dengan kenaikan harga barang pokok atau biasa kita sebut dengan Inflasi. Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat inflasi (MoM) sampai dengan bulan mei 2014 yaitu sebesar 0,16 %. Menarik karena inflasi terjadi di hampir setiap tahun menjelang masuknya bulan ramadhan jadi menarik kiranya penulis mengangkat topik bagaimana teori ekonomi menjelaskan inflasi yang terjadi di awal masuknya bulan ramadhan.


Pengertian inflasi menurut buku teori ekonomi makro yang ditulis Prathama Rahardja dan Mandala Manurung ialah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi 1. Kenaikan harga 2. Bersifat umum 3.berlangsung terus menerus.


Tahun
Bulan Ramadhan
Kenaikan Inflasi
2011
Agustus
0,67 ke 0,93 %
2012
Juli
0,62 ke 0,70 %
2013
Juli
1,03 ke 3,29 %
2014
Juni
0,16 %



                             Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Menurut data yang dikeluarkan oleh BPS inflasi terjadi hampir setiap tahun menjelang bulan ramadhan, misalnya pada tahun 2013 menjelang bulan ramadhan inflasi pada bulan juni ada di angka 1,03 % memasuki bulan ramadhan inflasi naik mencapai angka 3,29 %. Fenomena yang sama bisa kita lihat pada tahun 2011 dan tahun 2012.

 

Pada gambar diatas kita bisa lihat terjadi pergeseran  kurva dari titik A ke titik B, tekanan permintaan output perekonomian bertambah, tetapi disertai  inflasi, dilihat makin tingginya harga umum
.
Lalu bagaimana kurva tersebut jika diinteprtasikan ke dalam kondisi inflasi menjelang bulan ramadhan? Masyarakat Muslim Indonesia mempunyai kecenderungan untuk lebih konsumptif menjelang bulan ramadhan, hal ini mempengaruhi banyak permintaan terhadap barang yang ingin di konsumsi. Sudah menjadi tradisi menjelang hari pertama bulan puasa akan banyak menu yang terdiri dari bahan makanan yang akan disajikan menjelang dan ketika telah memasuki bulan ramadhan. Fakta ini sejalan dengan data yang dikeluarkan BPS, inflasi menurut kelompok pengeluaran menempatkan bahan makanan sebagai penyumbang inflasi terbesar pada bulan Juli 2013 disusul dengan makanan jadi,minuman. Faktor lainnya ada kecenderungan para pedagang menumpuk barang sehingga terjadi kelangkaan yang menyebabkan kenaikan harga barang,. Jika dikaitkan kurva diatas, peningkatkan permintaan bahan makanan akan meningkatkan harga, karena di waktu yang bersamaan supplai bahan makanan tidak mencukupi akan permintaan dari pasar atau dengan bahasa lain pertambahan penawaran agregat, jumlahnya lebih kecil dibanding peningkatan permintaan agregat.

Untuk tahun 2014 sendiri inflasi menjelang bulan ramadhan selain dipengaruhi oleh kelangkaan barang, inflasi juga dipengaruhi oleh letusan gunung sinabung yang mempengaruhi berkurangnya suplai bahan makanan pokok dari sinabung.

Demikianlah sedikit penjelasan bagaimana teori ekonomi menjelaskan inflasi menjelang bulan ramadhan. Penjelasan disini  adalah penjelasan sederhana, tetapi penulis berharap tulisan sederhana penulis bisa sedikit menjawab keingitahuan awam ekonomi kenapa inflasi sering terjadi dibulan ramadhan.