Translate

Senin, 20 Februari 2012

Dua piring nasi goreng seharga 8000

Suatu ketika saya berkesempatan untuk megunjungi kota semarang ibu kota provinsi jawa tengah. Saya dan nowo (salah satu perwakilan dari UIN Jkt) kesana dalam rangka menghadiri rapat kerja kordinasi nasional (Rakornas) ikatan mahasiswa ekonomi pembangunan indonesia (IMEPI) yang diadakan di universitas negeri semarang (Unnes). Singkat cerita saya akhirnya sampe di semarang setelah menempuh perjalanan kurang lebih tujuh jam menggunakan kereta bisnis. Di stasium tugu semarang saya nampaknya sudah dijemput oleh panitia. Setelah diselingi tata karma dengan pengurus hmj ie dari Unnes saya dan nowo akhirnya diantar ke penginapan semenatara, di penginapan itu akhirnya saya beristirahat. Waktu akhirnya berlalu ke malam,setelah mandi dan nonton bola (pada saat itu sedang diadakan piala afc) saya dan nowo menyadari ternyata kami belum  makan daritadi siang, setelah tidak dapat menahan rasa lapar lagi kami akhirnya memutuskan untuk keluar mencari makanan (arti mencari disini adalah membeli). Satu demi satu tempat kami datangi untuk melihat kira-kira menu apa yang pas disantap perut yang sudah menuntut haknya ini. Pilihan akhirnya jatuh pada makanan yang mungkin dikenal diseluruh indonesia dan juga merupakan salah satu makanan favorit saya yaitu; NASI GORENG, karena perut terasa lapar satu piring nasi goring tidak dapat menutupi rasa lapar di perut yang masih meminta haknya jadi kami pesan satu piring lagi setelah piring nasi goreng yang pertama habis. Setelah mensantap nasi goreng tibalah masa kami membayar, saya dan nowo kaget karena ternyata dua piring nasi goreng yang sudah aman dan tentram diperut saya Cuma dibanderol seharga 8000 rupiah saja, saya dan nowo kaget karena kami kira harga nasi gorengya sama di Jakarta yang biasanya di banderol 7000 satu porsinya. Dikarenakan rasa kaget plus kenyang menghasilkan rasa ngantuk, kami pun kembali ke penginapan.

Lama “masalah” nasi goreng dengan harga murah di semarang terlupakan oleh saya sampai suatu ketika kuliah ekonomi regional (semester enam) saya pun menyadari dan mengetahui kenapa harga nasi goreng di semarang (khususnya dekat penginapan saya) bisa murah. Konsep spasial lah yang menyebabkannya, mengapa demikian?, sebelum menjawab, yang menjadi pertanyaan apa itu konsep spasial?. Konsep spasial ialah salah satu pembahasan dari llmu ekonomi regional, sedari dulu perkembangnan aspek tata ruang dan lokasi kegiatan ekonomi menjadi perhatian para ahli salah satunya Von Thunen seorang jerman yang membahas tentang analisa kegiatan pertanian. Dari perkembangan inilah mendorong timbulnya analisa ekonomi spasial yang kemudian menjadi dasar utama bagi munculnya ekonomi regional yang menekankan analisannya pada pengaruh aspek lokasi dan ruang terhadapa pengambilan keputusan sosial ekomomi dan bisnis. Faktor penentu pemilihan lokasi kegiatan ekonomi ada 6, 1.ongkos angkut, 2.perbedaan upah antar wilayah 3. Keuntungan aglomerasi 4. Konsetrasi permintaan 5. Kompetisi antar wilayah dan 6. Harga sewa tanah.

Lalu apa hubungan teori rumit diatas dengan harga nasi goreng yang murah tadi? Memang dalam ke enam faktor yang disebutkan diatas tidak langsung mempengaruhi harga nasi goreng tetapi saya menggaris bawahi faktor yang pertama yaitu ongkos angkut. Ongkus angkut merupakan bagian yang penting dalam biaya produksi. Provinsi jawa tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menghasilkan padi (cikal bakal beras dan cikal bakal nasi), karena fakta itu maka hara hasil olahan padi yaitu beras akan lebih murah dibandingkan dengan harga di Jakarta. Analoginya seperti ini padi yang diolah menjadi beras terdapat di kota tegal misalnya harga ongkos produksinya 200 ribu kemudian dikirim ke semarang (karena dihitung memakai ongkos angkut) maka harganya menjadi 250 ribu, beras juga di kirim ke Jakarta tetapi karena jarak yang lebih jauh makanya ongkos nya menjadi 300 ribu. Jadi penjual di semarang dalam menjual beras hanya seharga di 250 ribu sedangkan di Jakarta 300 ribu. Mulai keliatan kan benang merahnya, nasi goreng yang berbahan dasar nasi (hasil olahan dari beras) di semarang pastinya lebih murah karena penjualnya membeli beras dengan harga yang lebih murah juga, belum dengan bahan pelengkap lainnya seperti telur,ayam,dll dengan analisa yang sama pasti akan lebih murah. Bukan nasi goreng saja yang menjadi murah harganya jika akan dianalisa dengan analisa teori spasial (faktor penentu lokasi kegiatan ekonomi),begitupun barang yang lain. Well jadi itu toh kenapa dua piring nasi goreng di semarang 8000 rupiah.