Translate

Rabu, 12 Mei 2010

Bapak itu

Kamis 28 January 2010,,mungkin buat hampir sebagian orang adalah hari biasa yaitu dimana orang-orang bangun di pagi hari,melakukan ibadah sholat subuh (buat yang melaksanakannya),dan kemudian bersiap melakukan berbagai aktifitas,begitupulah mungkin yang dikerjakan bapak itu.tapi yang membedakan adalah bapak itu akan menjadi inspirasi buat saia,untuk menulis notes ini yang mungkin akan menjadi inspirasi buat sebagian orang yang membacanya. Cuaca di pagi itu cukup cerah,khususnya di daerah rawamangun.ini mungkin pertanda bagus buat kaum “kritis” yang akan mengkritisi kinerja 100 hari presiden SBY pada hari itu,yang katanya dianggap gagal,dengan berbagai alasan.tapi sayangnya yang bermaksud di kritisi tidak sedang berada di tempat (entahlah apa yang ada di benak kaum “kritis” ketika tahu akan hal ini).kita tinggalkan kaum “kritis”,pagi itu saia juga bersiap melakukan aktifitas di kampus tercinta,tepat pukul 9 pagi berangkat dari rumah,kemudian menunggu bus 135 yang akan mengantar ke kampus.setelah beberapa menit menunggu akhirnya bus yang ditunggu datang,ketika bus bersiap berangkat tokoh utama dari notes ini naik,ya bapak itu naik dengan membawa sebuah gitar.
Bus akhirnya menaiki jalan tol memulai perjalanannya,,,para penumpang duduk dengan nyaman.bagaimana dengan bapak itu?dia bersiap memainkan gitarnya,ternyata bapak itu adalah seorang pengamen,tapi ketika ingin bernyanyi ada hal yang beda bapak itu membagikan selembaran berupa kertas,akhirnya selembaran kertas itu berada di tangan saia,dengan segera saia membaca selembaran itu,beginilah sekiranya isi selembaran itu: “kepada yang terhormat para penumpang bus.sebelumnya saya mohon maaf jika saya menggannggu perjalanan anda,saya terpaksa mengamen karna factor ekonomi,yang menghampiri saya,sebenarnya saya malu tapi saya melakukan semua ini hanya untuk menghidupi keluarga saya,dan membiayai ketiga anak saya(disebutkan dengan nama),karena saya tidak ingin mereka putus sekolah.moga keikhlasan penumpang mendapat ridho dari yang maha kuasa,dan selamat sampai tujuan”,setelah membaca lembar pertama dari lembaran itu,saia membalik lembar berikutnya ternyata di lembar berikutnya ada ijazah dari anak-anak bapak itu,dan di lembar terakhir ada surat keluarga,serta surat keterangan tidak mampu.ternyata saia baru sadar ternyata bapak itu,seorang bapak yang sedang berjuang untuk menghidupi keluarganya dengan cara mengamen(yang mungkin menjadi jalan terakhir untuk mencari nafkah).ketidakmapuan untuk menyekolahkan anak beliau,yang mungkin menjadi alasan kaum “kritis” untuk berkoar bahwa masih banyak hal yang harus dibenahi oleh bapak pemimpin negri ini,dari masalah kesejahteraan,pendidikan,dll.bapak itu bernama rahmat,beliau berdomisili di depok (setidaknya itu yang terbaca di fotocopy ktp yang ikut di lampirkan di selebaran itu).bapak itu mengingatkan kita semua akan peran bapak or ayah,di dalam sebuah keluarga.biarpun berpeluh lelah bapak itu tidak pernah mengeluh dan tetap semangat mencari rezeki ,dan mungkin itu juga yang dikerjakan oleh hampir sebagian besar kaum bapak or ayah di seluruh dunia, tidak salah ada band,menciptakan lagu tentang ayah, ungkapan surga ada di telapak kaki ibu memang tidak di ragukan lagi,,bener adanya.tapi kita jangan sampai lupa akan perang penting seorang bapak/ayah yang mendidik kita sampai sejauh ini,karena berkat sosok dial ah kita bias menjadi manusia yang tak kenal menyerah,terus bersemangat,tapi tetap bertawakkal.


Dedicate to:kaum bapak/ayah di seluruh dunia,specially my father.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar